5


SELAMAT DATANG DI BLOGNYA SYAHRIL_MILAN SEMOGA ANDA PUAS KARENA KEPUASAN ANDA ADALAH TUJUAN KAMI DAN JANGAN LUPA UNTUK BERKUNJUNG KEMBALI DI BLOG INI

Kamis, 19 Mei 2011

Kecepatan Lari Bisa untuk Mengukur Risiko Sakit Jantung


Bagi yang senang jogging atau lari pagi, ada cara mudah untuk memprediksi risiko sakit jantung dalam 10 tahun ke depan. Asalkan mampu menempuh jarak 1,6 km dalam waktu kurang dari 10 menit, kecil kemungkinannya jantung akan bermasalah.

Dalam dunia olahraga, jarak 1,6 km atau 1 mile setara dengan 4 kali panjang lintasan lari di lapangan atletik. Jarak tersebut merupakan standar yang sering digunakan untuk uji ketahanan fisik, baik di kalangan atlet maupun institusi militer.

Sebuah penelitian di UT Southwestern Medical Center mengungkap, jarak 1,6 km juga bisa memprediksi risiko stroke dan serangan jantung khususnya pada pria paruh baya. Makin cepat waktu tempuh pada jarak tersebut, makin kecil risiko sakit jantung dalam 10 tahun berikutnya.

Dalam penelitian tersebut para ahli mengamati 11.000 pria yang menjalani tes fisik di Cooper Clinic, Dallas antara tahun 1970-1990. Dari jumlah tersebut, 1.106 partisipan meninggal dunia sebelum tahun 2006 akibat stroke dan serangan jantung.

Setelah menganalisis dan menyesuaikan datanya dengan berbagai faktor lain, para peneliti menyimpulkan bahwa waktu tempuh saat berlari mempengaruhi risiko untuk mengalami masalah pada jantung. Pengaruhnya paling tampak pada pria paruh baya yakni antara 45-55 tahun.

Misalnya pada usia 55 tahun, pria yang butuh waktu lebih dari 15 menit untuk berlari sejauh 1,6 km risikonya untuk sakit jantung dalam 10 tahun ke depan mencapai 30 persen. Sementara pria yang hanya butuh kurang dari 8 menit, risikonya lebih kecil dari 10 persen.

Selengkapnya, besar kecilnya risiko stroke dan serangan jantung berdasarkan waktu tempuh saat berlari adalah sebagai berikut seperti dikutip dari DailyMail, Jumat (20/5/2011).



Waktu Tempuh Risiko Usia 45 tahun Risiko Usia 55 tahun Risiko Usia 65 tahun
Lebih dari 10 menit 12,2 % 19,6 % 12,2 %
Kurang dari 8 menit 3,4 % 4,9 % 5,6 %

Sementara itu dalam penelitian terpisah yang dipublikasikan di jurnal Circulation, kaitan waktu tempuh saat berlari dengan risiko sakit jantung tidak ditemukan pada wanita paruh baya. Oleh karena itu, tabel di atas hanya berlaku bagi pria.

"Risiko serangan jantung pada wanita berusia 50 tahun ke bawah sangat kecil. Namun saat beranjak tua, risikonya meningkat secara drastis meski bisa ditangkal dengan berbagai cara termasuk diet yang sehat serta banyak berolahraga," ungkap salah seorang peneliti, Dr Jarett Berry.
Menyilangkan Tangan Bisa Mengurangi Rasa Nyeri


Jika Anda mengalami cedera pada tangan, cobalah untuk menyilangkan di depan tubuh (seperti membentuk huruf X). Berdasarkan penelitian cara ini ampuh untuk mengurangi rasa sakit karena cedera.

Penelitian yang dilakukan tim dari University College London (UCL) menyarankan bahwa menyilangkan tangan dapat mengurangi rasa nyeri akibat cedera.

Hasil penelitian yang telah dipublikasikan dalam jurnal Pain juga menunjukkan bahwa menyilangkan tangan dapat membuat otak menjadi bingung dengan rasa sakit yang terjadi, sehingga akhirnya dapat membantu mengurangi rasa sakit.

Menurut peneliti hal ini terjadi karena meletakkan tangan pada sisi tubuh yang 'salah'dapat mengganggu persepsi sensorik.

"Dalam kehidupan sehari-hari Anda kebanyakan menggunakan tangan kiri untuk menyentuh hal-hal di sisi kiri dunia dan tangan kanan untuk sisi kanan," jelas Dr Giandomenico Iannetti, dari departemen fisiologi, farmakologi dan ilmu saraf UCL, yang memimpin penelitian, seperti dilansir BBCNews, Jumat (20/5/2011).

Ini berarti, lanjut Dr Iannetti, area otak yang berisi peta tubuh kanan dan peta ruang eksternal kanan biasanya diaktifkan bersama-sama, sehingga sangat efektif untuk pengolahan stimuli sensorik.

"Ketika Anda menyilangkan lengan, peta ini tidak akan diaktifkan bersama-sama lagi, sehingga proses stimuli sensorik otak menjadi kurang efektif, termasuk rasa sakit yang menjadi lemah," ujar Dr Iannetti.

Menurut Dr Iannetti penemuan ini berpotensi menyebabkan cara-cara baru untuk mengobati rasa sakit, yaitu dengan mengekploitasi kebingungan otak.

"Saat kita terluka, kita tidak hanya mengusap tangan agar terasa lebih baik, tetapi juga dengan menyilangkannya," jelas Dr Iannetti.

Tim Dr Iannetti bersama peneliti Australia, kini menguji teori tersebut pada pasien yang memiliki kondisi sakit kronis.

Juru bicara Pain Relief Foundation mengatakan banyak penelitian untuk menghilangkan rasa sakit kronis sedang dilakukan, antara dengan cara membingungkan otak dan mengganggu pesan rasa sakit.

Sponsors

Login |
Google Translate
Arabic Korean Japanese Chinese Simplified Russian Portuguese
English French German Spain Italian Dutch